Saturday, 18 February 2023

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI URGENT

 

ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI URGENT

DI RUANG ASTER 3 RSU TIDAR KOTA MAGELANG


 

NAMA           : ANDRI SUBIYANTORO

NIM                : P1337420720018

KELAS          : BETTY NEUMAN

 

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MAGELANG

2022

 

 

 

 

 

KONSEP DASAR

1.      Definisi

 

Hipertensi (HT) emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah (TD) yang berat (>180/120 mm Hg) disertai bukti kerusakan baru atau perburukan kerusakan organ target (target organ damage=TOD).1 Pada kondisi klinis ini terjadi kerusakan organ diperantarai hipertensi (hypertensive mediated organ damage=HMOD) yang mengancam nyawa (tabel-1),2 sehingga memerlukan intervensi penurunan TD segera dalam kurun waktu menit/jam dengan obat-obatan intravena (iv).1,2 Sedangkan HT urgensi merupakan situasi terkait peningkatan TD yang berat pada kondisi klinis stabil tanpa adanya perubahan akut atau ancaman kerusakan organ target atau disfungsi organ.1 Pada kondisi ini tidak terdapat bukti klinis kerusakan organ akut diperantarai hipertensi, sehingga Kaplan et al-2015 menggantikannya dengan istilah HT berat yang tidak terkontrol (“uncontrolled severe hypertension”), sedangkan ACC/AHA guidelines-2017 juga menyebutnya peningkatan TD dengan nyata (“markedly elevated blood- pressure”).1,3 Penurunan TD pada keadaan ini dilaksanakan dalam kurun waktu 24-48 jam.1,2 Terdapat perbedaan batas (cut-off) TD yang dipakai batasan krisis HT antara ACC/AHA guidelines-2017 (TD >180/120 mm Hg) dan ESC/ESH guidelines-2018 (TD sistolik ≥180 mm Hg dan/atau TD diastolik ≥110 mm Hg). Sedangkan pada beberapa registry menggunakan batasan TD sistolik ≥220 mm Hg atau TD diastolik ≥120 mm Hg.1,2 Dibalik perbedaan cut-off TD, perlu diingat bahwa tingkat TD absolut bukan merupakan kondisi yang lebih penting dibandingkan kecepatan peningkatan TD.1 Presentasi gejala beserta komplikasi krisis HT terlihat pada tabel-2.

 

2.      Anatomi Jantung

 

1)      Jantung

 

System kardiovaskuler terdiri atas jantung, pembuluh darah (arteri, vena, kapiler) dan sistem limfatik. Fungsi utama system kardiovaskular adalah mengalirkan darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh dan memompa darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk dioksigenasi (Aspiani, 2016).Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskular, berotot dan berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastunum. Jantung berbentuk seperti kerucut tumpul dan bagian bawah disebut apeks terletak lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepi terletak pada ruang interkosta IV kiri atau sekitar 9 cm dari kiri linea medioklavikularis, bagian atas disebut basis terletak agak ke kanan pada kosta ke III sekitar 1 cm dari tepi lateral sternum. Memiliki ukuran panjang sekitar 12 cm, lebar 8-9 cm, dan tebal 6 cm. Berat jantung sekitar 200-425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram dan pada perempuan sekitar 225 gram (Aspiani, 2016).

Jantung adalah organ muscular yang tersusun atas dua atrium dan dua ventrikel. Jantung dikelilingi oleh kantung pericardium yang terdiri atas dua lapisan,yakni:

a)      Lapisan visceral (sisi dalam )

 

b)      Lapisan perietalis (sisi luar)

 

Dinding jantung mempunyai tiga lapisan, yaitu:

 

a)      Epikardium merupakan lapisan terluar , memiliki struktur yang sama dengan pericardium visceral.

b)      Miokardium, merupakan lapisan tengah yang terdiri atas otot yang berperan dalam menentukan kekuatan konstraksi.

c)      Endokardium, merupakan lapisan terdalam terdiri atas jaringan endotel yang melapisi bagian dalam jantung dan menutupi katup jantung.

          Jantung mempunyai empat katup, yaitu:

 

a)      Trikupidalis

 

b)      Mitralis (katup AV)

 

c)      Pulmonalis (katup semilunaris)

 

d)      Aorta (katup semilunaris)

 

Jantung memiliki 4 ruang , yaitu atrium kanan, atrium kiri dan ventrikel kanan. Atrium terletak diatas ventrikel dan saling berdampingan. Atrium dan ventrikel dipisahkan oleh katup satu arah. Antara rongga kanan dan kiri dipisahkan oleh septum.

Jantung.jpg

 

Gambar 2.1 :anatomi jantung

 

2)   Pembuluh darah

 

Setiap sel didalam tubuh secara langsung bergantung pada keutuhan dan fungsi system vaskuler, karena darah dari jantung akan dikiri ke setiap sel melalui system tersebut. Sifat

structural dari setiap bagian system sirkulasi darah sistemik menentukan peran fisiologinya dalam integrasi fungsi kardiovaskular. Keseluruhan system peredaran (system kardiovaskular) terdiri atas arteri, arteriola, kapiler, venula, dan vena.(Aspiani, 2016)

a)      Arteri adalah pembuluh darah yang tersusun atas tiga lapisan (intima,media,adventisia) yang membawa darah yang mengandung oksigen dari jantung ke jaringan.

b)      Arteriol adalah pembuluh darah dengan resistensi kecil yang mevaskularisasi kapiler.

c)      Kapiler menghubungkan dengan arteriol menjadi venula (pembuluh darah yang lebih besr yang bertekanan lebih rendah dibandingkan dengan arteriol), dimana zat gizi dan sisa pembuangan mengalami pertukaran

d)      Venula bergabung dengan kapiler menjadi vena

 

e)      Vena adalah pembuluh yang berkapasitas-besar, dan bertekanan rendah yang membalikkan darah yang tidak berisi oksigen ke jantung.

(Lyndon, 2014)

 

 

3.       Etiologi

 

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi :

                 i.            Genetik : respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport  Na.

               ii.            Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan darah meningkat.

             iii.            Stress karena lingkungan

 

             iv.            Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua serta pelebaran pembuluh darah

(Aspiani, 2016)

 

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan ;

 

a.       Hipertensi primer (esensial)

 

Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya. Diderita oleh seitar 95% orang. Oleh karena itu,penelitian dan pengobatan lebih ditunukan bagi penderita esensial.

            Hipertensi primer disebabkan oleh faktor berikut ini.

 

1)      Faktor keturunan

 

Dari data statistic terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2)      Ciri perseorangan

 

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka tekanan darah meningkat), jenis kelamn (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih).

3)      Kebiasaan hidup

 

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30g), kegemukan atau makan berlebih,stress, merokok, minum alcohol,minum obat-obatan (efedrin, prednisone, epinefrin).

b.      Hipertensi sekunder

 

Hipertensi sekunder terjadi akibat penyebab yang jelas salah satu contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vascular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat aterosklerosis stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin II. Angiotensin II secara langsung meningkatkan tekanan darah tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andosteron dan reabsorpsi natrium. Apabila dapat dilakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertensi sekunder, antara lain ferokromositoma, yaitu tumor penghasil epinefrin di kelenjar adrenal, yang menyebabkan peningkatan kecepatan denyut jantung dan volume sekuncup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekuncup akibat retensi garam dan peningkatan CTR karena hipersensitivitas system saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan aldosteron tanpa diketahui penyebab-nya) dan hipertensi yang berkaitan dengan kontrasepsi oral juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder (Aspiani, 2016).

 

4.      Pathway hipertensi

 

pathway ht fix.jpeg

 

(Sumber : ( WOC ) dengan menggunakan Standar Diganosa Keperawatan Indonesia dalam PPNI,2017)

 

 

 

 


5.      Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.Diperlukan pengkajian cermat untuk mengenal masalah pasien,agar dapat memberikan tindakan keperawatan Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan ketelitian dalam tahap pengkajian ( Muttaqin,2018)

1.      Identitas Pasien dan Penanggung jawab

a.       Identitas pasien terdiri dari :nama,umur,jenis kelamin,status perkawinan,agama,suku/bangsa,Pendidikan,pekerjaan dan alamat.

b.      Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama,hubungan dengan pasien,Pendidikan,pekerjaan dan alamat.

2.      Catatan Masuk

Catatan Masuk terdiri dari tanggal berapa klien masuk.

3.      Riwayat Keperawatan

Meliputi Riwayat Kesehatan, pengkajian tentang masalah pernapasan dulu dan sekarang , gaya hidup, Riwayat pembedahan, nyeri, infeksi,gelisah dan adanya faktor resiko untuk gangguan mobilitas fisik dan lain lain.

a.       Riwayat kesehatan

1)      Keluhan Utama

Keluhan utama yang dirasakan saat dikaji.Biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya nyeri dibagian tertentu, penurunan tingkat kesadaran,sakit yang tidak tertahan.ketidakmampuan melakukan aktivitas,sesak napas.dan lain-lain.

2)      Riwayat Kesehatan Sekarang

Biasanya pasien mengidentifikasikan keluhan yang di alami sekarang.Pengkajian yang mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri yang dirasakan pasien dan dilakukan pengkajian sesuai keluhan

3)      Riwayat Kesehatan Dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien yang memungkinkan adanya hubungan keluhan yang sekarang dirasakan.

4)      Riwayat Kesehatan Keluarga

Pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan

4.      Pengkajian Pola Fungsional Gordon

a.       Keluhan utama

Pengetahuan klien tentang kesehatan, pentingnya kesehatan.

b.      Pola Nutrisi Metabolik

c.       Pola Eliminasi BAB dan BAK

d.      Pola Aktivitas Latihan

Aktivitas

0

1

2

3

4

  Makan

 

 

 

 

Mandi

 

 

 

 

Toileting

 

 

 

 

Mobilisasi

 

 

 

 

Eliminasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

0 :Mandiri

1 :Dibantu alat

2 :Dibantu orang lain

3 :Dibantu alat dan orang lain

4 :Ketergantungan

e.       Pola Kognitif Persepsi

f.        Pola istirahat tidur

g.      Pola persepsi diri dan konsep diri

h.      Pola peran – hubungan

Hubungan pasien dengan keluarga dan lingkungan sekitar.

i.        Pola seksualitas reproduksi

j.        Pola toleransi terhadap kopping-stress

k.      Pola Keyakinan Nilai

 

5.      Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan head to toe meliputi pemeriksaan:

1.      Kepala

a.       Bentuk dan ukuran kepala

b.      Pertumbuhan rambut

c.       Kulit kepala

2.      Muka

a.       Mata

b.      Hidung

c.       Mulut

d.      Gigi

e.       Telinga

3.      Leher

a.       Bentuk leher

b.      Pembesaran tyroid

c.       Kelenjar getah bening

d.      Nyeri waktu menelan

 

4.      Dada ( Thorax)

a.       Paru-paru

b.      Jantung

5.      Abdomen

a.       Inspeksi

b.      Auskultasi

c.       Perkusi

d.      Palpasi

6.      Genetalia

Daerah genital bersih,tidak ada luka,tidak ada tanda infeksi,tidak terpasang kateter

7.      Anus dan rectum

Tidak ada hemorbid

8.      Ekstremitas

a.       Atas

Skala kekuatan otot pada ekstremitas atas sinistra dan dextra yaitu masing-masing 5,ditandai dengan mampu menggenggam kuat.

b.      Bawah

Skala kekuatan pada ekstremitas bawah sinistra dan dextra yaitu masingmasing 5,ditandai dengan bisa berjalan dengan normal

c.       Inspeksi kuku : Warna merah muda pucat, panjang, bersih, tidak ada edema, dan utuh.

d.      Capillary refill : Cepat

9.      Integumen

Kulit pasien warna sawo matang, lembab, turgor sedang, tidak ada edema.

Terdapat luka lecet di kaki yang masih basah dan tidak ada tanda infeksi

 

 

 

 

 

6.      Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

a.       Penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload

 

b.      Nyeri akut b.d peningkatan tekanan vaskuler selebral dan iskemia

 

c.       Kelebihan volume cairan

 

d.      Intoleransi aktivitas b.d kelemahan

 

e.       Ketidakefektifan koping

 

f.        Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak

 

g.    Resiko cedera

 

h.      Defisiensi pengetahuan

 

i.        Ansietas

 

7.      Fokus Intervensi

 

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Sedangkan tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan.

Tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi (PPNI, 2018)

Menurut Nurarif & Kusuma (2015) dan Tim pokja SDKI PPNI (2017)

 

1.   Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (mis:iskemia)

            Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun

            Kriteria hasil : Tingkat nyeri ( L.08066)

 

1)        Pasien mengatakan nyeri berkurang dari skala 7 menjadi 2

2)        Pasien menunjukan ekspresi wajah tenang

3)        Pasien dapat beristirahat dengan nyaman Rencana tindakan :

 

             

              (Manajemen nyeri I.08238)

1)      Identifikasi lokasi, karakteristik nyeri, durasi, frekuensi,intensitas nyeri

2)      Identifikasi skala nyeri

3)      Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

4)      Berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis: akupuntur,terapi musik hopnosis, biofeedback, teknik imajinasi terbimbing,kompres hangat/dingin)

5)      Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis: suhu ruangan, pencahayaan,kebisingan)

6)      Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

7)      Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi nyeri

8)      Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

 

2.      Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perfusi perifer    meningkat

               Kriteria hasil : Perfusi perifer (L.02011)

 

1)      Nadi perifer teraba kuat

2)      Akral teraba hangat

3)      Warna kulit tidak pucat

               Rencana tindakan : Pemantauan tanda vital ( I.02060 )

 

1)      Memonitor tekanan darah

2)      Memonitor nadi (frekuensi, kekuatan, irama)

3)      Memonitor pernapasan (frekuensi, kedalaman)

4)      Memonitor suhu tubuh

5)      Memonitor oksimetri nadi

6)      Identifikasi penyebab perubahan tanda vital

7)      Atur interval pemantauan sesuai kondisi pasien

8)      Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

 

3.      Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan keseimbangan cairan meningkat

            Kriteria hasil : ( keseimbangan cairan L. 03020)

 

1)      Terbebas dari edema

2)      Haluaran urin meningkat

3)      Mampu mengontrol asupan cairan

            Rencana tindakan : (Manajemen hipervolemia I.03114)

 

1)      Periksa tanda dan gejala hipervolemia (mis: ortopnes, dipsnea, edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)

2)      Monitor intake dan output cairan

3)      Monitor efek samping diuretik (mis : hipotensi ortortostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)

4)      Batasi asupan cairan dan garam

5)      Anjurkan melapor haluaran urin <0,5 mL/kg/jam dalam 6 jam

6)      Ajarkan cara membatasi cairan

7)      Kolaborasi pemberian diuretic

 

 


 

4.      Intoleransi aktifitas b.d kelemahan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan toleransi aktivitas    meningkat

Kriteria hasil : toleransi aktivitas (L.05047)

1)      Monitor kelelahan fisik dan emosional

2)      Monitor pola dan jam tidur

3)      Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya, suara, kunjungan)

4)      Pasien mampu melakukan aktivitas sehari-hari

5)      Pasien mampu berpindah tanpa bantuan

6)      pasien mengatakan keluhan lemah berkurang Rencana tindakan : (Manajemen energi I.050178)

 

1)      Berikan aktifitas distraksi yang menenangkan

2)      Anjurkan tirah baring

3)      Anjurkan melakukan aktifitas secara bertahap

4)      Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara

5)      meningkatkan asupan makanan

 

5.      Defisit pengetahuan b.d kurang minat dalam belajar

Tujuan :setelah dilakukantindakan keperawatan diharapkan tingkat pengetahuan meningkat Kriteria Hasil : Tingkat pengetahuan (L.12111)

1)        Pasien melakukan sesuai anjuran

2)        Pasien tampak mampu menjelaskan kembali materi yang disampaikan

3)        Pasien mengajukan pertanyaan Rencana Tindakan : Edukasi kesehatan ( I.12383)

1)        Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2)        identifikasi factor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat

3)        sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

4)        jadwalkan    pendidikan    kesehatan     sesuai

kesepakatan

5)        berikan kesempatan untuk bertanya

6)        jelaskan                factor           risiko   yang    dapat mempengaruhi kesehatan

7)        ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

8)        ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

 

6.      Ansietas b.d kurang terpapar informasi

      Tujuan: setelah dilakukan  tindakan keperawatan    diharapkan tingkat ansietas menurun

            Kriteria hasil : Tingkat ansietas (L.09093)

 

1)             Pasien mengatakan telah memahami penyakitnya

2)             Pasien tampak tenang

3)             Pasien dapat beristirahat dengan nyaman

             Rencana Tindakan : Reduksi ansietas (I.09314 )

1)             identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis.Kondisi, waktu, stressor)

2)             gunakan pendekatan yang tenang dan nyaman

3)             informasikan secara factual mengenai diagnosis, pengobatan , dan prognosis

 

 

 

 

 

7.      Resiko penurunan curah jantung d.d perubahan afterload

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan     curah jantung meningkat

            Kriteria hasil : curah jantung ( L.02008)

1)             Tanda vital dalam rentang normal

2)             Nadi teraba kuat

3)             Pasien tidak mengeluh lelah

           Rencana tindakan : (Perawatan jantung I.02075)

 

1)            Identifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (mis: dispnea, kelelahan, edema,ortopnea, paroxymal nocturnal dyspnea, peningkatan CVP)

2)            Identifikasi tanda/gejala sekunder penurunan curah jantung

          ( mis: peningkatan berat badan, hepatomegali,distensi vena jugularis, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, batuk, kulit pucat)

3)            Monitor tekanan darah

4)            Monitor intake dan output cairan

5)            Monitor keluhan nyeri dada

6)            Berikan diet jantung yang sesuai

7)            Berikan terapi terapi relaksasi untuk mengurangi strees,jika perlu

8)            Anjurkan beraktifitas fisik sesuai toleransi

9)            Anjurkan berakitifitas fisik secara bertahap

10)        Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

 

8.    Risiko jatuh d.d gangguan penglihatan

Tujuan:setelah dilakukan   tindakan keperawatan diharapkan tingkat jatuh menurun.

            Kriteria Hasil : Tingkat jatuh (L.14138)

1)        Risiko jatuh dari tempat tidur menurun

2)        Risiko jatuh saat berjalan menurun

3)        Risiko jatuh saat berdiri menurun

              Rencana Tindakan : Pencegahan jatuh ( I.14540)

a.         Identifikasi factor risiko (mis. Usia >65 tahun, penurunan tingkat kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik. Gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)

b.        Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan kebijakan institusi

c.         Identifikasi factor lingkungan yang meningkatkan risiko jstuh (mis. Morse scale, humpty dumpty)

d.        Pasang handrail tempat tidur

e.         Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk berpidah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

PADA PASIEN DENGAN POST OP KISTA PANGKREAS

DI RUANG DAHLIA 2 RSU TIDAR KOTA MAGELANG

Tanggal Pengkajian    : 20 Oktober 2022

Ruang/RS                    :Dahlia 2 / RSU Tidar Kota Magelang

  1. BIODATA

1.      Biodata Pasien

a.       Nama                     : Tn.T

b.      Umur                     : 39 tahun

c.       Alamat                  : Perum Tidar Indah III/37 Rt.03 Rw.01, Magelang Selatan,,Kota Magelang

d.      Agama                   : Islam

e.       Pendidikan                        : SMA

f.        Pekerjaan               : -

g.      Tanggal Masuk     : 19 Oktober 2022

h.      Diagnosa Medis    : Pseudokista

i.        Nomor Register     : 00515373

2.      Biodata Penanggung Jawab

a.       Nama                     : Ny.S

b.      Umur                     : 35 Tahun

c.       Alamat                  : Perum Tidar Indah III/37 Rt.03 Rw.01, Magelang Selatan,,Kota Magelang

d.      Agama                   : Islam

e.       Pendidikan                        : SMA/Sederajat

f.        Pekerjaan               : -

g.      Hubungan dg klien : Istri

  1. KELUHAN UTAMA

Pasien mengeluh nyeri

  1. RIWAYAT KESEHATAN

1.      Riwayat Kesehatan Sekarang.

Pasien datang ke Poli THT pada tanggal 19 Oktober 2022. Pasien mengeluh ada benjolan di telinga kiri dan terasa nyeri. Pasien mengatakan nyerinya sudah 2 minggu dan sudah dibawa ke puskesmas tetapi tidak ada perubahan. Lalu dibawa ke RSU tidar dan dilakukan tindakan Operasi.

2.      Riwayat Kesehatan dahulu

Pasien tidak memiliki Riwayat penyakit sebelumnya.

3.      Riwayat Kesehatan keluarga

Tidak ada riwayat penyakit keluarga

 

 

  1. PENGKAJIAN MENURUT POLA FUNGSIONAL GORDON

1.      Pola PersepsiKesehatan – Managemen Kesehatan

Pasien mengatakan bahwa kesehatan sangat penting, jadi ketika sakit harus segera memeriksakan diri.

2.      Pola NutrisiMetabolik

Sebelum sakit : Pasien makan 3x sehari, makan dengan nasi sayur dan lauk, pasien minum 5-6 gelas per hari.

Saat sakit : Pasien mengatakan bahwa makan seperti biasanya 3x1 hari tetapi porsinya berkurang, pasien minum 5-6 gelas sehari.

3.      Pola Eliminasi

Sebelum sakit : Pasien BAB 1-2X sehari dengan konsistensi lembek, berbau khas berwarna kuning kecoklatan. Pasien BAK 500-600cc per hari.

Saat sakit : Pasien BAB dan BAK seperti  biasa. Pasien BAB 1-2X sehari, Pasien BAK 500-600cc per hari.

4.      Pola Aktivitas Latihan

Sebelum sakit

Aktivitas

0

1

2

3

4

Makan

 

 

 

 

Mandi

 

 

 

 

Toileting

 

 

 

 

Mobilisasi

 

 

 

 

Eliminasi

 

 

 

 

Keterangan :

0 :Mandiri

1 :Dibantualat

2 :Dibantu orang lain

3 :Dibantualat dan orang lain

4 :Ketergantungan

Saat sakit

Aktivitas

0

1

2

3

4

Makan

 

 

 

 

Mandi

 

 

 

 

Toileting

 

 

 

 

Mobilisasi

 

 

 

 

Eliminasi

 

 

 

 

 

Keterangan :

0 :Mandiri

1 :Dibantualat

2 :Dibantu orang lain

3 :Dibantualat dan orang lain

4        :Ketergantungan

5.      Pola Kognitif – Persepsi

Pasien berbicara lancar, pendengaran dan penglihatan juga masih jelas. Pasien mengatakan kurang memahami penyakitnya.

6.      Pola  Istirahat Tidur

Sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidur nyenyak 7-8 jam per hari.

Saat sakit : pasien mengatakan bahwa tidur 5 jam sehari sering terbangun pada malam hari karena nyeri sering dating.

7.      Pola persepsi diri dan konsep diri

Identitas  : pasien mengatakan bahwa mengenali dirinya.

Gambaran diri : Pasien mengatakan bahwa ia sedang di periksa di puskesmas agar cepat pulih.

Peran diri : Pasien mengatakan bahwa ia adalah kepala keluarga dan bertanggung jawab atas anggota keluarganya.

8.      Pola peran – hubungan

Pasien mengatakan bahwa memiliki hubungan baik dengan keluarganya. Keluarganya juga mendukung dirinya dengan  baik.

9.      Pola seksualitas reproduksi

Pasien berjenis kelamin laki-laki, sudah menikah, dan tidak memiliki kelainan pada alat reproduksinya.

10.  Pola toleransi terhadap kopping-stress

Pasien mendapatkan dukungan dari keluarga dalam penanganan yang diberikan dan meyakinkan pasien untuk sembuh.

11.  Pola Keyakinan Nilai

Pasien beragama islam dan selalu berdoa agar cepat sembuh.

12.  Identifikasi Nyeri

P : Provokatif / Paliatif (Penyebab)

Luka pada Post Operasi

Q : Qualitas / Quantitas

Pasien Mengatakan  nyeri  seperti  tersayat

R : Region / Radiasi (Penyebaran)

Pasien mengatakan Nyeri berpusat luka post operasi

S : Skala Seviritas (Keparahan)

Skala Nyeri 4

T : Timing (Waktu)

Pasien mengatakan nyeri terasa kadang-kadang dan saat tegang

 

 

 

E.     PEMERIKSAAN FISIK

Keluhan Utama           : Pasien mengeluh nyeri

·         Keadaan umum           : Sedang

·         Kesadaran                   : Composmentis

·         TTV

1.      Tekanan Darah      : 106/79 mmHg

2.      Nadi                      : 60  x/menit

3.      Suhu                      : 36,2 derajat Celcius

4.      RR                         : 22 x/menit

5.      SpO2                     : 95 %

6.      BB                         : 48 kg

7.      TB                         : 158 cm

·         Pemeriksaan Kepala dan leher.

a.       Kepala : Simetris, rambut beruban, ada luka post op dan benjolan ditelinga kiri

b.      Wajah : Nyeri tekan di pipi sebelah kiri dekat telinga

c.       Mata : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik.

d.      Hidung : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada benjolan.

e.       Mulut : Mukosa bibir lembab, gigi dan gusi simetris.

f.        Leher: Tidak ada pembesara kelenjar Thiroid

·         Pemeriksaan Kulit

Tidak pucat, turgor baik, elastis, ada luka post op di telinga bagian kiri

·         Pemeriksaan dada dan paru

a.       Inspeksi : Bentuk dada simetris, tidak ada pembengkakan, tidak ada tarikan otot, tidak ada nafas tambahan.

b.      Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada krepitasi tulang dada.

c.       Perkusi : Irama pernapasan resonan (dug dug dug), kanan dan kiri sama.

d.      Auskultasi : Vesikuler, tidak ada ronchi.

·         Pemeriksaaan Jantung

( tidak ada riwayat penyakit jantung)

a.       Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

b.      Palpasi : Ictus cordis tidak bergeser

c.       Perkusi : Tidak fiemukan pembesaran jantung

d.      Auskultasi : Tidak ada suara tambahan

·         Pemeriksaan abdomen

a.       Inspeksi : Perut simetris, tidak ada lesi, warna kulit sawo matang

b.      Auskultasi : bising usus 10X / menit

c.       Palpasi : Tidak ada masa nyeri tekan

d.      Perkusi : Tympani

·         Genetalia

Jenis kelamin laki- laki.

·         Ekstremitas

Ekstremitas  atas : Terpasang infus pada tangan kanan

Ekstremitas bawah : Tidak terdapat luka atau edema di kaki kanan atau kiri.

 

 

 

  1. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Laboratorium :

PEMERIKSAAN

HASIL

SATUAN

NILAI RUJUKAN

HEMATOLOGI

 

 

 

Leukosit                   

14.0

10^3/uL

3.98-10.04

Eritrosit

4.5

10^6/uL

3.8 – 5.2

Hemoglobin

14.0

g/dl

11.2 – 15.7

Hematokrit

42.1

              %

35-47

MCV

93.8

fL

80-100

MCH

31.2

Pg

26-34

MCHC

33.3

g/dL

32-36

Trombosit

Eusinofil

224

2

10^3/uL

%

150-440

1-6

RDW

12.1

%

11.7 – 14.4

RDW-SD

42.1

fL

36.4-46.3

P-LCR

24.5

%

9.3-27.9

Basofil

Netrofil segmen

1

67

%

%

0-1

40-75

Limfosit

24

%

20-45

Monosit

6

%

2-10

Netrofil#                  H

7.94

10^3/uL

2.0-7.5

Limfosit#

2.8

10^3/uL

1.5-4.0

COAGULASI CT+BT

Masa Pembekuan/CT

Masa Pendarahan/BT

 

5’30”

3’30”

 

menit

menit

 

1-10

2-7

KLINIK KIMIA

Gula Darah Sewaktu

 

110

 

mg/dL

 

70-140

 

G.    PROGRAM TERAPI

1.      Infusan Asering 20 tpm

2.      Injeksi Ceftriaxone 2 x 1gr

3.      Injeksi Ketorolac   1 Ampul/12 jam

4.      Injeksi Transxamint 1 Ampul/8 jam

  1. RUMUSAN MASALAH

No

Tanggal / Jam

Data Fokus

Masalah Keperawatan

Tanggal teratasi

1

25/05/2022

Data Subyektif:

·         Pasien mengatakan nyeri pada luka post op

·         Identifikasi Nyeri

-P  : Luka Post op

-Q : Seperti Tersayat

-R : Berpusat pada luka post op

-S : Skala nyeri 4

-T : Kadang-Kadang dan saat tegang

Data Objektif:

1.           Pasien tampak merintih

2.           TD: 106/79 mmhg

3.           Nadi        :60  x/menit

4.           Suhu        :36,5 C

5.           RR : 22 x/menit

6.           SpO2       : 95 %

Nyeri Akut b.d Agen Pencedera Fisik d.d Skala Nyeri 4 pada luka post op                                                

20/10/2022

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  1. TINDAKAN KEPERAWATAN

TGL

DIAGNOSA KEPERAWATAN

TUJUAN & KRITERIA HASIL

INTERVENSI

13/10/2022

SDKI D.0017 hal 51

Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif b.d Hipertesi d.d Tekanan darah meningkat dan mengeluh pusing

Perfusi Serebral

SLKI  L.02014 hal 85

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan bersihan jalan napas meningkat dengan kriteria hasil:

1.      Tekanan intra kranial menurun dari skala 1 (Meningkat) ke skala 4 (cukup menurun)

2.      Sakit Kepala menurun dari skala 1 (Meningkat) ke skala 4 (cukup menurun)

3.      Tekanan darah Sistolik membaik dari skala 1 (memburuk) ke skala 4 (Cukup membaik)

4.      Tekanan darah diastolic membaik dari skala 1(memburuk) ke skala 4 (cukup membaik)

5.      Reflek saraf membaik dari skala 1 (memburuk)ke skala 4 (cukup membaik)

Manajemen peningkatan tekanan intra kranial :

SIKI  I.06194  hal 205

Observasi:

-Monitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat,tekanan nadi melebar,bradikardia,polanafas ireguler,kesadaran menurun)

-Monitor Status pernafasan

-Monitor intake dan Output cairan

Terapeutik :

- Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

- Berikan posisi semi fowler

 

 

 

 

  1. CATATAN PERKEMBANGAN

Tgl/Jam

Tindakan

Respon

13/10/ 2022

09:00

1.  Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

2.  Memberikan posisi semi fowler

3.  Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat,tekanan nadi melebar,bradikardia,polanafas ireguler,kesadaran menurun)

4. Memoonitor Status pernafasan

5. Memoonitor intake dan Output cairan

 

S:

Pasien mengatakan masih pusing tangan kanan kesemutan

O:

  1. KU: Composmentis lemah
  2. Pasien tampak meringis menahan sakit kepala
  3. . TD     : 193/117 mmhg
  4. Nadi    :78x/menit
  5. Suhu : 36,4 C
  6. RR : 20 x/menit
  7. SpO2 :  99 %

14/10/ 2022

 

12.00

1.  Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

2.  Memberikan posisi semi fowler

3.  Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat,tekanan nadi melebar,bradikardia,polanafas ireguler,kesadaran menurun)

4. Memoonitor Status pernafasan

5. Memoonitor intake dan Output cairan

 

S:

Pasien mengatakan masih pusing tangan kanan kesemutan

O:

  1. KU: Composmentis lemah
  2. Pasien tampak meringis menahan sakit kepala
  3. . TD     : 219/128 mmhg
  4. Nadi    :73x/menit
  5. Suhu : 36 C
  6. RR : 20 x/menit
  7. SpO2 :  97 %

15/10/ 2022

 

15.00

1.  Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

2.  Memberikan posisi semi fowler

3.  Memonitor tanda/gejala peningkatan TIK (mis. Tekanan darah meningkat,tekanan nadi melebar,bradikardia,polanafas ireguler,kesadaran menurun)

4. Memoonitor Status pernafasan

 

S:

Pasien mengatakan sudah tidak pusing dan kesemutan sudah hilang

O:

  1. KU: Composmentis lemah
  2. Pasien tampak meringis menahan sakit kepala
  3. . TD     : 207/115 mmhg
  4. Nadi    :71x/menit
  5. Suhu : 36,3 C
  6. RR : 20 x/menit
  7. SpO2 :  99 %

 

  1. EVALUASI

Tgl/Jam

SOAP

13/10/ 2022

 

10.00

 

S:

Pasien mengatakan masih pusing tangan kanan kesemutan

O:

  1. KU: Composmentis lemah
  2. Pasien tampak meringis menahan sakit kepala
  3. . TD     : 193/117 mmhg
  4. Nadi    :78x/menit
  5. Suhu : 36,4 C
  6. RR : 20 x/menit
  7. SpO2 :  99 %

A: Masalah belum teratasi

1.      Tekanan intra kranial masih meningkat

2.      Sakit kepala masih meningkat

3.      Tekanan darah systolic masih memburuk

4.      Tekanan darah diastolic masih memburuk

5.      Reflek saraf masih memburuk

P : Observasi dan intervensi dilanjutkan

1.      Monitor tanda/gejala peningkatan TIK

2.      Monitor Status pernafasan

3.      Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

4.      Berikan posisi semi fowler

14/10/ 2022

 

13.00

S:

Pasien mengatakan masih pusing tangan kanan kesemutan

O:

  1. KU: Composmentis lemah
  2. Pasien tampak meringis menahan sakit kepala
  3. . TD     : 219/128 mmhg
  4. Nadi    :73x/menit
  5. Suhu : 36 C
  6. RR : 20 x/menit
  7. SpO2 :  97 %

A : masalah belum teratasi

1.      Tekanan intra kranial masih meningkat

2.      Sakit kepala masih meningkat

3.      Tekanan darah systolic masih memburuk

4.      Tekanan darah diastolic masih memburuk

5.      Reflek saraf masih memburuk

 

P : Intervensi dilanjutkan

1.      Monitor tanda/gejala peningkatan TIK

2.      Monitor Status pernafasan

3.      Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

4.      Berikan posisi semi fowler

15/10/ 2022

 

14.00

S:

Pasien mengatakan sudah tidak pusing dan kesemutan sudah hilang

O:

  1. KU: Composmentis
  2. Pasien tampak meringis menahan sakit kepala
  3. . TD     : 207/115 mmhg
  4. Nadi    :71x/menit
  5. Suhu : 36,3 C
  6. RR : 20 x/menit
  7. SpO2 :  99 %

A: masalah teratasi sebagian

1.      Tekanan intra kranial masih meningkat

2.      Sakit kepala menurun

3.      Tekanan darah systolic masih memburuk

4.      Tekanan darah diastolic masih memburuk

5.      Reflek saraf membaik

P : observasi dan intervensi dilanjutkan

1.      Monitor tanda/gejala peningkatan TIK

2.      Monitor Status pernafasan

3.      Meminimalkan stimulus dengan menyediakan lingkungan yang tenang

4.      Berikan posisi semi fowler

 

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Adrian, S. J. (2019). Hipertensi Esensial : Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa, 46(3), 172–178.

 

Darmojo, R. (2016). Community Survey of Hypertention in Semarang. Buletin Penelitian Kesehatan,5(1Mar)

Gardner Samuel, F.(2017). Smart Treatment For High Blood Pressure. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

Marliani, L., & S, H.T. (2018). 100 Question Answer Hipertensi. Jakarta : Elex Media

Nugroho, H. W. (2015). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta: EGC.

Tim Pokja PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)

Tim Pokja PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)

Tim Pokja PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)

Triyanto, E. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi Secara Terpadu. Yogyakarta : Graha Ilmu

Vandra Junizar.2019.Hipertensi,Nyeri



                                                 


 

 

 

 

 

 


 

 

 

 



 

 

 

 

 

 

 

 



 

 

 

 

 


6.       

 

No comments:

Post a Comment

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK DENGAN HIPERTENSI

  DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN   Tanggal pengkajian      : 20 November 2023 Diagnosa                     : Hipertensi Pengkaji...